Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Lidahmu adalah harimaumu, begitu kata pepatah. Ini mengandung makna
betapa besar dampak dari setiap ucapan yang terlontar. Tak sedikit orang
yang terjerumus ke jurang masalah karena mengatakan sesuatu yang tidak
pada tempatnya. Dalam kaitan ini, agama Islam telah memberikan
rambu-rambu.
Pada dasarnya, ucapan maupun perkataan merupakan cerminan jiwa. Maka
itu, Nabi Muhammad SAW berpesan pilihlah kata-kata yang baik. Dalam hal
ini, beliau merupakan teladan terbaik. Setiap saat, Rasulullah
senantiasa menggunakan kata yang baik dan halus untuk umatnya.
Sebaliknya, beliau menjauhkan kata-kata yang jelek, kasar, dan keji.
Bahkan, Rasulullah sangat membenci jika ada kalimat yang digunakan tidak
pada tempatnya yang sesuai. Misalnya, ada kalimat yang baik dan
bermakna mulia namun diucapkan kepada orang atau sesuatu yang sebenarnya
tidak berhak menyandang kalimat itu.
Juga sebaliknya, jika ada kalimat jelek dan berarti hina, diarahkan
untuk orang atau sesuatu yang mulia. “Janganlah kalian memanggil orang
munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka
dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka.” Demikian
sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Selain itu, umat diminta menjaga ucapan yang mengandung syirik.
Seperti ucapan, “Aku meminta pertolongan kepada Allah dan kepadamu.”
Sesuai tuntutan Rasulullah, mereka yang mengucapkan kalimat-kalimat
semacam itu berarti telah menyekutukan atau sepadan bagi Allah SWT.
Dalam buku Berakhlak dan Beradab Mulia, Contoh-contoh dari
Rasulullah, Saleh Ahmad asy-Syaami menambahkan, kalimat bernada mencela
juga sebaiknya dihindari. Peringatan itu juga disampaikan oleh
Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan
Muttafaaq’alaih.
Rasulullah mengatakan, “Allah SWT berfirman, ‘Anak keturunan Adam
menyakiti-Ku, karena mereka mencela masa, padahal Aku adalah Zat yang
menciptakan dan menguasai masa. Aku yang mempergantikan malam dan
siang.” Asy-Syaami menyatakan, perkataan yang mencela melahirkan
kesalahan besar.
Menurut dia, celaan yang diucapkan itu sebenarnya akan mengenai diri
mereka sendiri. “Mereka telah berkata hal-hal yang tak patut,” paparnya.
Asy-Syaami melanjutkan, ucapan-ucapan yang tak baik sama sekali tidak
mendatangkan manfaat apa pun. Justru sebaliknya, menjerumuskan seseorang
ke jalan kebatilan. Tak hanya itu, ucapan yang buruk itu juga
mendatangkan perpecahan dan pertikaian antar sesama.
Termasuk yang perlu dijauhi adalah berkata bohong. Islam tidak
memberikan keringanan bagi umatnya yang berbohong. Ibn Qayyim dalam
kitab al-Fawa’id mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap
kebohongan. Sebab, kebohongan akan merusak cara pandang umat terhadap
fakta yang sebenarnya.
Menurut pandangan Mahmud al-Mishri melalui bukunya Ensiklopedia
Akhlak Muhammad, seorang pembohong akan menyifati sesuatu yang nyata
dengan sesuatu yang abstrak dan menyifati yang abstrak dengan yang
nyata. Selain itu, mereka menyifati kebenaran dengan kebatilan demikian
pula sebaliknya.
Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
mengatakan, kebohongan akan menggiring pelakunya pada kejahatan dan
kejahatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Mari kita jauhkan diri
kita dari api neraka dengan menjaga lidah kita.